Pojok Editorial
HUT ke-26 Kota Depok: Saatnya Menuju Depok Baru Ujian Kepemimpinan, Kebangkitan PAD dan Harapan Tanpa Batas
Oleh: Joko Wahrinyo (Pemimpin Redaksi TribunDepok.com)
Tanggal 27 April 2025 bukan sekadar penanda waktu bertambahnya usia Kota Depok.tapi ini adalah momentum penting, titik balik sejarah, sekaligus refleksi kolektif tentang sejauh mana kota Depok melangkah dan ke mana arah masa depannya. Di usianya yang ke-26, Depok menatap babak baru di bawah kepemimpinan Wali Kota Supian Suri dan Wakil Wali Kota Chandra Ramansyah dua figur yang diharapkan mampu membawa Depok keluar dari bayang-bayang masa lalu dan menatap masa depan dengan kepala tegak dan dada lapang.
Dulu, Depok dikenal sebagai “kota perbatasan”, hanya menjadi tempat singgah atau tempat tidur bagi para pekerja ibu kota. Tapi kini, Depok menjelma menjadi kawasan urban padat, dinamis, dan strategis dengan lebih dari 2,1 juta penduduk yang hidup di 63 kelurahan dan 11 kecamatan. Ini bukan hanya angka ini adalah nyawa, harapan, dan energi yang menanti untuk ditata dan diberdayakan.
HUT Kota Depok kali ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah ujian. Ujian bagi janji kampanye, ujian bagi komitmen kebijakan, dan ujian bagi visi besar tentang Depok yang lebih cepat, lebih adil, dan lebih bijak dalam mengelola sumber dayanya. Di tangan pemimpin baru inilah, masyarakat menggantungkan harapan agar Depok menjadi rumah yang ramah bagi semua.Kota yang tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga membangun perasaan,rasa memiliki, rasa aman, dan rasa sejahtera.
Depok menghadapi tantangan-tantangan klasik yang belum tuntas,kemacetan yang makin parah, banjir musiman yang meresahkan, ketimpangan fasilitas publik, dan penataan ruang yang belum merata. Namun, di balik tantangan tersebut, tersembunyi peluang besar. Depok memiliki potensi luar biasa di sektor properti, pendidikan, teknologi, dan ekonomi kreatif. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi itu belum selalu berbanding lurus dengan pemerataan kesejahteraan.
Di sinilah pentingnya peran Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD bukan sekadar angka dalam laporan keuangan daerah, tetapi nafas pembangunan yang mandiri. Pada tahun anggaran 2023, realisasi belanja daerah Depok mencapai Rp 3,947 triliun atau sekitar 92,06% dari target. Sementara, total pendapatan tercatat sebesar Rp 3,794 triliun,sebuah pencapaian yang menjanjikan. Namun, pertanyaannya adalah,apakah realisasi anggaran itu benar-benar menjawab kebutuhan warga?
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun lalu yang mencapai Rp 282 miliar bisa dimaknai sebagai efisiensi, tapi juga bisa jadi cermin bahwa masih banyak program yang belum terlaksana. Di sinilah letak tantangan sebenarnya,bukan hanya bagaimana mengumpulkan dana, tetapi bagaimana memanfaatkannya secara tepat, efektif, dan berdampak nyata.
Supian Suri bukan nama asing dalam birokrasi Depok. Pengalaman panjang sebagai Sekretaris Daerah adalah bekal berharga untuk memahami denyut nadi kota Depok dari sisi paling teknis. Kini, saatnya ia membuktikan bahwa birokrasi bukan hanya tentang sistem dan aturan, tapi tentang keberanian mengambil keputusan, inovasi dalam pelayanan, dan keberpihakan pada rakyat kecil.
Optimalisasi PAD harus dilakukan secara progresif digitalisasi pajak dan retribusi, efisiensi pengelolaan pasar dan parkir, pemanfaatan aset daerah, serta pengembangan kawasan strategis seperti Margonda, Cimanggis, dan Sawangan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang ramah investasi.
Lebih jauh lagi, Pemkot Depok perlu membangun ekosistem kemitraan dengan sektor swasta, membina UMKM agar naik kelas, serta menciptakan iklim ekonomi lokal yang hidup dan berkelanjutan. Pembangunan harus berbasis kebutuhan warga, bukan sekadar memenuhi target angka.
Pembangunan Depok ke depan harus menyentuh dimensi yang lebih dalam,ruang publik yang hijau dan terbuka, sarana olahraga yang mudah diakses, transportasi publik yang murah dan terintegrasi, serta taman kota yang nyaman untuk bersosialisasi. Depok butuh wajah yang humanis, yang memanusiakan warganya.
Digitalisasi layanan publik juga tak bisa ditawar lagi. Masyarakat kini semakin cerdas dan kritis. Mereka butuh pelayanan yang cepat, transparan, dan akuntabel dari pengurusan administrasi, perizinan usaha, hingga saluran pengaduan. Pemerintah tak boleh alergi terhadap kritik. Justru di sanalah letak kemajuan pada keberanian untuk mendengar dan memperbaiki.
Depok adalah rumah dari berbagai identitas,Betawi, Sunda, Jawa, Tionghoa, dan banyak lainnya. Keragaman ini adalah kekayaan yang harus dirawat. Pemerintah perlu menghadirkan kebijakan budaya yang kuat, mendukung pelestarian kearifan lokal, dan menjadikannya bagian dari identitas kota modern. Dalam harmoni sosial, pembangunan akan lebih berakar dan berkelanjutan.
HUT ke-26 Kota Depok bukanlah garis akhir sebuah perjalanan. Ini adalah titik tolak menuju Depok baru.sebuah kota yang lebih matang dalam visi, lebih terbuka dalam partisipasi, dan lebih tangguh menghadapi tantangan zaman.
Selamat Ulang Tahun ke-26, Kota Depok " Bersinarlah bukan hanya di atas kertas perencanaan, tetapi dalam senyum warga yang merasakan perubahan. Jadilah kota yang tak hanya tumbuh dalam angka, tapi juga dalam makna. Bangunlah kota dengan kerja, bukan hanya kata. Tumbuhkan harapan dengan aksi, bukan janji. Dan untuk warganya teruslah bermimpi, karena masa depan Depok adalah milik kita semua," (MPD/Red)